Orang Tua Kini Bisa Batasi Interaksi Anak dengan Meta AI, Begini Penjelasannya

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kian pesat, dan Meta — perusahaan induk dari Facebook, Instagram, serta WhatsApp — menjadi salah satu pemain besar dalam bidang ini. Namun, di tengah antusiasme masyarakat terhadap fitur AI yang semakin canggih, muncul pula kekhawatiran baru, terutama dari para orang tua. Untuk merespons hal tersebut, Meta akhirnya menghadirkan kebijakan baru yang memungkinkan orang tua membatasi atau bahkan melarang anak-anak mereka berinteraksi dengan fitur Meta AI di platform miliknya.


Langkah Meta Menjawab Kekhawatiran Orang Tua

Langkah ini diumumkan setelah banyak pihak mengkritik bagaimana AI generatif dapat memengaruhi perilaku serta pola pikir anak di dunia maya. Beberapa organisasi perlindungan anak menyoroti risiko anak-anak menerima informasi yang tidak sesuai usia, atau berinteraksi terlalu intens dengan chatbot berbasis AI yang belum sepenuhnya aman.

Meta akhirnya menegaskan bahwa mereka “mendengar masukan dari komunitas orang tua” dan berkomitmen untuk memberikan kontrol lebih besar kepada keluarga. Dalam pembaruan kebijakan terbaru, Meta menyediakan fitur Parent Supervision yang kini mencakup opsi khusus untuk mengatur interaksi anak dengan Meta AI.


Bagaimana Fitur Pembatasan Ini Bekerja

Melalui aplikasi Family Center, orang tua dapat memantau serta membatasi berbagai aktivitas anak di Instagram dan Messenger, termasuk interaksi dengan asisten virtual Meta AI. Fitur baru ini memungkinkan:

  • Menonaktifkan Meta AI sepenuhnya di akun anak.
  • Mengatur batasan waktu interaksi agar anak tidak terlalu lama berkomunikasi dengan chatbot.
  • Melihat riwayat interaksi AI, termasuk topik atau jenis pertanyaan yang diajukan anak.

Selain itu, Meta juga menambahkan peringatan usia otomatis, sehingga anak di bawah umur 13 tahun tidak akan memiliki akses ke AI generatif, meskipun menggunakan akun bersama keluarga.


Kekhawatiran yang Mendasari Kebijakan Ini

Meski AI kerap dianggap membantu dalam belajar atau mencari informasi, sejumlah ahli psikologi anak menilai bahwa interaksi dengan chatbot bisa menimbulkan efek yang kompleks. Anak-anak bisa menganggap AI sebagai “teman virtual”, padahal sistem tersebut tidak memiliki empati manusia.

Selain itu, AI yang dirancang untuk menjawab berbagai pertanyaan bisa saja memberikan informasi yang tidak akurat atau tidak sesuai dengan nilai-nilai keluarga. Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting — bukan hanya mengawasi, tetapi juga membimbing bagaimana anak menggunakan teknologi secara bijak.


Meta AI dan Masa Depan Digital Anak

Meta AI saat ini telah terintegrasi di berbagai layanan seperti Messenger, Instagram, dan WhatsApp. Chatbot ini mampu memberikan rekomendasi konten, menjawab pertanyaan, hingga membantu dalam pencarian informasi. Namun, Meta sendiri menyadari bahwa pengguna anak-anak membutuhkan ruang digital yang lebih aman.

Kebijakan baru ini dipuji oleh sejumlah lembaga advokasi digital karena dinilai sebagai langkah maju menuju ekosistem AI yang lebih bertanggung jawab. Meski begitu, beberapa pakar menilai Meta tetap perlu transparan dalam menjelaskan bagaimana sistem AI mereka mengelola data pengguna muda.


Menjaga Keseimbangan antara Edukasi dan Perlindungan

Kebijakan ini sejalan dengan tren global di mana perusahaan teknologi mulai memperhatikan keseimbangan antara inovasi dan keamanan digital. Di era di mana anak-anak tumbuh bersama gawai dan media sosial, pembatasan semacam ini dianggap bukan sebagai penghalang, melainkan benteng awal agar generasi muda tidak kehilangan arah di dunia digital.

Orang tua diharapkan tidak hanya mengaktifkan pembatasan, tetapi juga mengedukasi anak tentang pentingnya berpikir kritis saat berinteraksi dengan AI. Dengan begitu, teknologi bisa menjadi alat pembelajaran, bukan ancaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *