Komdigi Kaji Implementasi Koneksi HP ke Satelit, Mirip Starlink

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah mengkaji kemungkinan implementasi teknologi koneksi langsung antara ponsel dan satelit, sebuah langkah besar yang berpotensi mengubah wajah telekomunikasi nasional. Teknologi ini disebut-sebut akan meniru sistem Starlink milik SpaceX, yang memungkinkan pengguna ponsel tetap terhubung bahkan di wilayah tanpa jaringan seluler.


🚀 Langkah Menuju Kemandirian Digital

Menurut sumber internal Komdigi, studi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperluas jangkauan sinyal hingga ke daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) tanpa harus mengandalkan infrastruktur menara BTS yang mahal dan sulit dijangkau.

“Bayangkan, penduduk di pulau terpencil bisa mengirim pesan, melakukan panggilan darurat, atau bahkan mengakses internet tanpa perlu sinyal dari operator konvensional. Itulah visi besar kami,” ujar salah satu pejabat Komdigi yang terlibat dalam proyek ini.

Kajian ini juga mencakup aspek teknis, hukum, hingga keamanan siber, mengingat penggunaan frekuensi satelit membutuhkan koordinasi dengan berbagai lembaga internasional seperti ITU (International Telecommunication Union).


📡 Mirip Starlink, Tapi dengan Cita Rasa Lokal

Starlink milik Elon Musk telah lebih dulu memperkenalkan layanan serupa di berbagai negara, termasuk kemampuan Direct-to-Cell yang memungkinkan ponsel biasa berkomunikasi langsung dengan satelit orbit rendah (LEO).

Namun, Komdigi menegaskan bahwa proyek versi Indonesia akan disesuaikan dengan kebutuhan lokal dan kedaulatan data nasional.
“Ini bukan sekadar meniru Starlink, tapi membangun sistem yang kompatibel dengan operator dalam negeri serta memenuhi regulasi spektrum Indonesia,” jelasnya.

Beberapa universitas dan perusahaan telekomunikasi nasional, termasuk Telkomsat dan Indosat Ooredoo Hutchison, disebut telah diajak berdiskusi terkait pengembangan satelit orbit rendah yang bisa mendukung komunikasi langsung dengan perangkat genggam.


🌍 Manfaat Besar untuk Masyarakat dan Mitigasi Bencana

Teknologi koneksi HP ke satelit diyakini akan membawa manfaat besar bagi masyarakat di daerah tanpa akses jaringan stabil.
Petani, nelayan, dan penduduk di wilayah terpencil akan bisa menikmati layanan komunikasi dasar tanpa harus menunggu pembangunan menara baru.

Selain itu, sistem ini juga bisa menjadi penopang komunikasi darurat saat bencana.
Ketika jaringan seluler rusak akibat gempa atau banjir, koneksi satelit tetap bisa berfungsi, memungkinkan tim SAR dan warga saling terhubung untuk koordinasi evakuasi.

“Indonesia berada di wilayah rawan bencana, jadi sistem komunikasi cadangan berbasis satelit ini sangat penting untuk ketahanan nasional,” ujar pengamat teknologi komunikasi, R. Arif Setiadi.


💰 Tantangan: Biaya, Perizinan, dan Integrasi

Meski potensinya besar, implementasi koneksi HP ke satelit tidak lepas dari tantangan. Biaya peluncuran dan pemeliharaan satelit masih sangat tinggi, sementara integrasi teknologi ponsel yang kompatibel memerlukan waktu dan kerja sama dengan produsen global seperti Samsung, Apple, dan Xiaomi.

Selain itu, regulasi terkait penggunaan spektrum frekuensi, keamanan data, dan privasi pengguna juga harus dipersiapkan matang. Komdigi menekankan bahwa segala bentuk kerja sama dengan pihak asing harus menjamin data warga Indonesia tetap disimpan di dalam negeri.


🔭 Harapan Menuju Indonesia Terkoneksi

Jika studi ini berhasil dan proyek mendapat lampu hijau, Indonesia berpeluang menjadi negara Asia Tenggara pertama yang mengembangkan jaringan komunikasi satelit langsung ke ponsel dengan dukungan pemerintah.

Inisiatif ini menandai era baru: konektivitas tanpa batas wilayah, di mana gunung, laut, atau pulau terpencil bukan lagi penghalang untuk berkomunikasi.

“Tujuan akhirnya sederhana: setiap warga Indonesia, di mana pun mereka berada, harus bisa terhubung,” tutup pernyataan resmi Komdigi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *