Jika berbicara tentang internet cepat, mayoritas dari kita mungkin langsung teringat pada WiFi, jaringan seluler, atau pemancar 5G. Padahal, teknologi yang paling berjasa menghubungkan jutaan perangkat di seluruh dunia justru berada jauh di bawah permukaan laut: kabel optik bawah laut.
Meski tak terlihat, jaringan inilah yang membuat pesan WhatsApp terkirim dalam hitungan detik, video konferensi berjalan mulus, dan bisnis digital dapat beroperasi lintas benua tanpa hambatan. Namun bagaimana sebenarnya teknologi ini bekerja?
Kabel Tipis yang Memikul Beban Besar
Kabel optik bawah laut tidak sesederhana kabel listrik biasa. Di dalamnya terdapat serat kaca superhalus yang mampu membawa data berupa cahaya dengan kecepatan luar biasa. Setiap denyut cahaya tersebut membawa informasi yang dikirim dari satu titik ke titik lain, melintasi ribuan kilometer lintas samudra.
Meskipun ukurannya tak jauh berbeda dari selang taman, tiap kabel dilapisi berbagai material tahan tekanan — mulai dari baja, plastik khusus, hingga pelindung anti air asin. Lapisan-lapisan ini memastikan kabel tetap bekerja dan tidak rusak meski berada di kedalaman ribuan meter, di mana tekanan air bisa berkali-kali lipat lebih besar dari permukaan.
Proses Pemasangan yang Super Rumit
Pemasangan kabel bawah laut bukan pekerjaan sehari–hari. Kapal khusus yang disebut cable-laying ships bertugas menarik kabel dari gulungan raksasa, kemudian meletakkannya perlahan di dasar laut. Setiap pergerakan harus dihitung dengan presisi karena bentuk dasar laut tidak selalu datar.
Di beberapa area yang rawan — misalnya dekat pesisir atau wilayah dengan aktivitas nelayan dan kapal tanker — kabel perlu digali dan ditanam di dasar laut untuk menghindari kerusakan dari jangkar atau jaring.
Tidak jarang, tim teknisi yang bekerja harus menghadapi cuaca buruk, arus kuat, hingga koordinasi lintas negara. Maklum saja, satu kabel saja bisa membentang dari Amerika Serikat ke Jepang atau dari Singapura ke Eropa.
Ribuan Kilometer Data Tanpa Henti
Salah satu keajaiban kabel optik bawah laut adalah kemampuannya mentransfer data dalam volume sangat besar. Dalam satu detik, kabel ini dapat membawa lalu lintas data yang setara dengan ribuan film penuh kualitas tinggi.
Untuk menjaga sinyal tetap kuat, sepanjang rute kabel dipasang repeater — perangkat kecil yang berfungsi memperkuat kembali cahaya yang mulai melemah setelah menempuh jarak ratusan kilometer.
Kabel-kabel ini juga bukan satu dua buah jumlahnya. Saat ini, ada lebih dari 400 kabel optik bawah laut yang menjelajahi samudra di berbagai belahan dunia. Jika disambung sekaligus, total panjangnya bisa mencapai lebih dari satu juta kilometer.
Tantangan dan Ancaman yang Tak Terduga
Walaupun tahan banting, kabel bawah laut tetap punya risiko. Gempa bumi, pergeseran lempeng, aktivitas kapal, bahkan gigitan hiu pernah tercatat sebagai penyebab gangguan jaringan. Ketika kabel rusak, tim perbaikan harus bekerja di lautan lepas, menggunakan robot bawah air untuk mengambil bagian kabel yang putus—proses yang bisa memakan waktu berhari-hari.
Di era modern ketika stabilitas internet menjadi kebutuhan dasar, kerusakan satu kabel saja bisa berdampak besar pada kecepatan akses suatu negara.
Masa Depan yang Semakin Terhubung
Seiring meningkatnya kebutuhan data global, teknologi kabel optik bawah laut terus berkembang. Kini, perusahaan besar seperti Google, Meta, dan operator telekomunikasi internasional berlomba membangun jalur baru dengan kapasitas jauh lebih besar.
Ada pula eksperimen menggunakan kabel pintar yang mampu mendeteksi gempa bumi dari dalam laut, memberikan kontribusi bagi sistem peringatan dini.
Apa pun bentuk masa depan internet, satu hal pasti: keberadaan kabel optik bawah laut akan tetap menjadi fondasi utama konektivitas global — senyap, tak terlihat, namun menghubungkan kehidupan kita setiap hari.